Belajar dari Rumah (BDR), Sebuah Dilema

3 komentar

Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang luas bagi penduduk dunia, tatanan kehidupan tak lagi seperti dulu. Segala aspek kehidupan sedikit banyaknya telah berubah. Demi alasan kesehatan dan keselamatan umat manusia, kita harus menjaga jarak satu sama lain.

Dunia pendidikan sebagai salah satu aspek krusial dalam kehidupan manusia, juga telah terkena dampak pandemi ini. Untuk mencegah penularan virus Corona, mau tidak mau, kegiatan pembelajaran di sekolah, perguruan tinggi, pendidikan non-formal, dsb. harus menyesuaikan dengan situasi saat ini. Lembaga pendidikan mulai dari jenjang SD/MI hingga perguruan tinggi terpaksa mengadopsi sistem pembelajaran jarak jauh.

Bagi perguruan tinggi, sistem pembelajaran jarak jauh mungkin bukanlah sebuah kendala. Sesuai dengan kemampuan belajar mereka, mahasiswa pastinya tidak menemui kesulitan yang berarti dalam belajar jarak jauh. Kemampuan belajar mahasiswa tentu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan adik-adik mereka yang masih duduk di bangku SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang masih membutuhkan pembelajaran konkret dengan metode tatap muka secara langsung.

Saya sebagai seorang guru yang sehari-hari berhadapan dengan siswa MTs, seringkali melihat ada dilema dalam dunia pendidikan saat ini. Di satu sisi, kita menyadari bahwa kesehatan dan keselamatan manusia adalah prioritas utama saat ini. Di sisi lain, pembelajaran jarak jauh, baik online mau pun semi-online terlihat tidak begitu efektif untuk diterapkan.

Tak jarang saya mengamati keluhan peserta didik akan kesulitan mereka dalam memahami materi pembelajaran jarak jauh. Bahkan mereka juga mengeluhkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan selama belajar di rumah. Tidak heran mereka sangat berharap bisa kembali lagi ke sekolah karena pembelajaran di sekolah jauh lebih menyenangkan ketimbang berdiam diri di rumah dengan tumpukan tugas di depan mata.

Namun, sebagai seorang guru, saya tak serta-merta menerima dan mempercayai keluhan siswa tentang tugas-tugas yang mereka anggap terlalu banyak. Ada kemungkinan tugas yang mereka terima memang sudah melebihi kapasitas yang seharusnya, tetapi tak tertutup kemungkinan ada faktor lain yang membuat mereka kewalahan. Ternyata benar, beberapa orang di antara siswa yang mengeluh pun saya ajak bicara untuk menemukan sebuah kesimpulan. Rupanya, salah satu penyebab tugas menumpuk adalah karena mereka cenderung menunda-nunda dan tidak mengerjakan tugas pada jadwal yang telah ditetapkan pihak sekolah. Tugas yang semestinya dikerjakan pagi hari sesuai jam pelajaran sekolah, kerap kali mereka abaikan. Ketika deadline tiba, barulah mereka menyadari bahwa tugas telah menumpuk. Tanpa mereka sadari mereka mengeluhkan hal yang sebenarnya disebabkan oleh kesalahan sendiri.

Masih dari sudut pandang seorang guru, mereka, para siswa juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena situasi darurat saat ini memaksa kontrol guru terhadap siswa menjadi tidak optimal. Guru pun yang seharusnya memotivasi, membangun kedisiplinan belajar, kini tengah terkendala oleh jarak dan teknologi. Guru tidak bisa berhadapan langsung dengan siswa karena terbatas jarak. Teknologi memang sudah berkembang pesat sehingga memungkinkan pembelajaran daring melalui Internet seperti Zoom Meeting dan sejenisnya. Namun tidak semua peserta didik di negeri ini dapat dijangkau oleh teknologi. Di antara mereka masih ada yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Ada yang memiliki satu smartphone untuk dipakai bersama kakak-beradik yang sama-sama belajar di rumah. Bahkan masih ada yang tidak punya smartphone sama sekali. Alhasil, pembelajaran daring menjadi tidak optimal.

Inilah yang disebut dilema. Tak ada pihak maupun regulasi yang patut disalahkan. Semoga segala sesuatunya segera kembali normal sehingga dunia pendidikan pun bisa membaik.

Related Posts

3 komentar

Unknown mengatakan…
Aamiin, mudah mudahan pandemi ini cepat berlalu.
meliaaja mengatakan…
Amiin.... udah kangen pengen sekul pak
tiya_tul mengatakan…
Mantul bgt pembahasannya pak. Tidak ada yang patut disalahkan. Menunda-nunda tugas adalah bentuk kemalasan siswa. Di sisi lain, kebanyakan guru hanya memberikan tugas per harinya, dan hal itulah yang memicu siswa bosan dan akhirnya malas dalam belajar.
Cmiiw :>